Pengantar Ilmu Bahasa Arab
Pengantar Ilmu Bahasa Arab : Tentang Ilmu
Bahasa Arab, Unsur Pembentuk dan Pentingnya Memelajari Bahasa Arab
Bahasa adalah
aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa baik lisan, tulisan, maupun
isyarat orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak sosial. Bahasa
dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang. Karena, bahasa diterjemahkan
sebagai refleksi rasa, pikiran, dan tingkah laku. Ada kalanya seseorang yang
pandai dan penuh dengan ide-ide cemerlang harus berhenti bicara hanya karena
dia tidak bisa menyampaikan idenya dengan bahasa yang baik.
Sumarsono dan
Partana (2002: 20) mengatakan bahwa bahasa sering dianggap sebagai produk
sosial atau produk budaya yang merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan,
perilaku masyarakat, dan penyingkapan budaya, termasuk teknologi yang
diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa. Sedangkan menurut Noerhadi dalam
bukunya Nahwu dan Sharaf, bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat
untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bunyi suara yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. [1]
Dengan pengertian inilah diperlukan ilmu bahasa yang mengatur cara-cara membentuk
dan penggunaan bahasa, tak terkecuali bahasa Arab.
Bahasa ‘arab
pertama kali dikenal sebagai bahasa-bahasa dizajirah semenanjung arabia,
kemudian setelah datangnya islam dikenal pula sebagai bahasa Al Qur’an. Bahasa ‘arab dikenal juga sebagai salah satu tsaqafah
islam yang sangat penting untuk dipelajari karena kedudukannya sangat penting
dalam islam ibaratkan dia sebagai permata islam dan menjadi syarat dari salah
satu syarat-syarat ijtihad.
Umat islam
generasi awal (khilafah rasyidin) sampai sebelum abad ke 6 H sangat ketat dalam
menjaga kemurnian bahasa ‘arab. Seperti imam syafi’i tidak membolehkan
penerjemahan al Qur’an, bahkan di salah kitab beliau menuliskan “akad nikah
tidak sah jika tidak menggunakan bahasa ‘arab” artinya jika yang akad nikah
mampu menggunakan bahasa ‘arab maka tidak sah menggunakan bahasa selain bahasa
‘arab dalam akad nikah tersebut. Menurut beliau, inilah batas minimal kewajiban
seorang muslim mempelajari bahasa ‘arab.
Dilihat dari
segi penggunaannya maka bahasa ‘arab ini terbagi menjadi dua yaitu : bahasa ‘ammiyah
(bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi), berasal dari bahasa daerah di
jazirah arabiya dan tidak terikat pada tata bahasa. Kedua bahasa fushah yakni bahasa
resmi, contohnya bahasa al Qur’an dan hadist, kitab-kitab ‘arab gundul mutabanat hizbut tahrir, surat-menyurat,
karangan ilmiah kitab-kitab dan seterusnya. Bahasa fushah ini mempunyai
tingkat kesulitan tersendiri karena terikat erat dengan peraturan kebahahasaan
diantaranya ilmu nahwu (I’rab), Sharaf (tashrif) dan ilmu
balaghah (semantik arab). Ciri khas dari bahasa fushah ini adalah
tatanan bahasanya yang sangat rapi, tertib, sistematis dan indah. Dari aspek
sejarah kepentingan pada tata bahasa ‘arab berawal mula pada masa ke-khilafahan
‘Ali bin abi Thalib r.a. karena sangat khawatir bahasa tersebut akan terlepas
dari struktur bahasa semula.
Sehingga sangat
wajar selain merupakan kewajiban juga untuk mempelajari bahasa ‘arab, tidak ada
alasan untuk tidak mempelajari bahasa ‘arab. Hanya dengan bahasa ‘arab kita
dapat memahami islam (al Qur’an dan hadist). [2]
Cabang-Cabang
Ilmu Bahasa Arab
Adapun dari aspek cabang ilmu bahasa ‘arab
dari berbagai referensi yang ada para sastrawan ‘arab menyimpulkan ada sekitar
13 cabang ‘ilmu bahasa ‘arab yang mereka sebut sebagai ‘ulumul ‘arabiayah :
1.
Ilmu Lughoh : ‘ilmu yang menguraikan kata-kata
(lafadz) arab bersamaan dengan maknanya. Dengan pengetahuan ini, orang akan
dapat mengetahui asal kata dan seluk beluk kata. Tujuan ilmu ini untuk
memebrikan pondasi dalam percakapan, pidato, surat-menyurat, sehingga seseorang
dapat berkata-kata dengan baik dan menulis dengan baik pula. Rata-rata Imam
mazhab besar memang ahli membuat sya’ir, semisal Imam syafi’i dalam Diwan
Asy-Syafi’i yang berjudul حب النساء
2.
Ilmu nahwu : ilmu yang membicarakan mengenai
hukum-hukum huruf, kata, dan kalimat, dan bagaimana bunyi akhir dari sebuah
kata. Inti dari ‘ilmu nahwu adalah
‘irab. Dengan kaidah-kaidah ini orang
dapat mengatahui Arab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang tetap barisnya
(mabni), kata yang dapat berubah (mu’rab). Tujuanya adalah untuk menjaga
kesalahan-kesalahan dalam mempergunakan bahasa , untuk menghindarkan kesalahan makna dalam rangka memahami
AI-Quran dan Hadist, dan tulisan-tulisan ilmiah atau karangan. Alam tata bahasa/ sintaksis Arab, dikenal
istilah Fi’iil dan Harf, jumlah
Islamiyah dan Fi’liyah serta Syibhul al
jumlah.
I’rob إعرب
berasal dari ‘arab عرب,
sering disebut dengan “arabization” atau “peng-arab-an”. Mengapa disebut
“peng-arab-an”? Karena bahasa arab sangat kaya dengan perubahan bunyi akhir
dari sebuah kata.
contoh : أذهب إلى المسجد – adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
Kata “masjid” disini dibaca “masjidi”. Kenapa bukan “masjidu”, atau
“masjida”, atau “masjidun” atau bukan “masjidan”, ataupun “masjidin”? Karena
begitulah aturan nahwu-nya.
Kalau kata masjid itu digunakan dalam kedudukan lain:
المسجد كبير –
al-masjidu kabiirun
Disini “masjid” dibaca, “masjidu”. Tidak “masjidi”, atau yang lainnya.
Kenapa bisa begitu? Ya karena begitulah peraturan nahwu arabic fusha (tata
bahasa Al-Quran).
Terlihat bahwa, yang jadi fokus adalah cara membaca dari akhir kata, apakah
berakhiran, “u” — seperti “masjidu”, atau “i” — seperti “masjidi”. Ini lah yang
kita sebut dengan i’rab (arabization).
3.
Ilmu Sharaf (morfologi Arab) : ilmu yang
membicarakan asal bentuk kata (masdar) dari masdar kita akan mengetahui
bagaimana perubahan bentuk suatu kata kerja dari bentuk past (lampau), present
(sedang-akan), dan perintah, perubahan bentuk kata kerja ke kata benda turunan,
dan juga perubahan bentuk kata kerja sesuai pelaku dari perbuatan dan ini
tergantung dari wazan asal kata tsb. Inti dari sharaf adalah tashrif.
Seperti:
أذهب إلى المسجد –
adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
Disini digunakan kata أذهب –
adzhabu untuk menekankan bahwa pekerjaan “pergi” itu belum selesai.
Jika sudah selesai, maka kata kerja adzhabu berubah jadi dzahabtu.
ذهبت إلى المسجد –
dzhabtu ilal masjidi : saya sudah pergi ke masjid
Ada lagi perubahan dari kata kerja ke kata benda. Contoh:
ذهب –
dzahaba : pergi –> kata kerja
ذاهب –
dzaahibun : orang yang pergi –> kata benda
Perubahan dari bentuk adzhabu ke dzahabtu inilah yang dibahas oleh Sharaf.
Demikian juga perubahan dari kata kerja ke kata benda ini juga dibahas dalam
Sharaf.
Dua hal ini (perubahan kata kerja past ke present, dan, perubahan kata
kerja ke kata benda) disebut dengan Tashrif Ishtilahi.
Sharaf, juga membahas perubahan bentuk kata kerja jika pelakunya berubah.
Seperti dalam contoh sebelumnya, untuk pelaku “kami”.
ذهبنا إلى المسجد – dzhabnaa ilal masjidi : Kami sudah pergi ke masjid
Perubahan yang seperti ini disebut Tashrif Lughowi (perubahan kata kerja
karena berubahnya pelaku).
4.
Ilmu Isytiqaq : Ilmu pengetahuan tentang asal
kata dan pemecahannya, tentang imbuhan pada kata (hampir sama dengan ilmu Sharaf).
5.
Ilmu ‘Arudh : Yang membahas hal-hal yang
bersangkutan dengan karya sastra syair dan puisi. llmu Arudh memberitahukan tentang wazan-wazan (timbangan) syair dan tujuanya
adalah untuk membedakan proses dalam puisi membedakan syair dan bukan syair .Dengan
ilmu arudh ini dikenal bahar syair seperti berikut ini : bahar thawi, bahar
madid, bahar basith, bahar wafir,
bahar kamil, bahar hijaz, bahar rozaz, bahar sari’ bahar
munsarih, bahar khafif, bahar mudhari, bahar muqradmib, bahar mujtas, bahar
mutaqarib, bahar Romawi dan bahar mutadarik.
6.
Ilmu Qawafi : yang membahas suku terakhir kata
dari bait-bait syair sehingga diketahui keindahan syair. Yang memprakarsai adanya Qawafi ialah
Muhallil bin Rabi’ah paman Amruul Qaisy.
7.
llmu Qardhus Syi’ri : sejenis ilmu
pengetahuan tentang karangan yang
berirama (lirik), dengan tekanan suara yang tertentu. Gunanya untuk membantu
menghafalkan syair dan mempertajam ingatan pembaca syair.
8.
Ilmu khat : pengetahuan tentang huruf dan cara
merangkaikannya, termasuk bentuk halus kasarnya dan seni menulis dengan indah
dapat dibedakan dalam beberapa bentuk mulai dari khat tsulus, Diwan, Parsi dan
khat nasakh. Penemu pertama ilmu khat adalah nabi Idris karena beliaulah yang
pertama kali menulis dengan kalam.
9.
Ilmu Insyak : ilmu pengetahuan tentang karang mengarang surat, buku, pidato,
cerita artikel, features dan sebagainya. Gunanya untuk menjaga jangan sampai
salah dalam dunia karang-mengarang.
10.
Ilmu Mukhadarat : pengetahuan tentang
cara-cara memperdalam suatu persoalan, untuk diperdebatkan didepan majlis,
untu menambah keterampilan
berargumentasi, mahir bertutur dan terampil mengungkapkan cerita.
11.
Ilmu Badi’ : pengetahuan, tentang seni sastra.
Penemu imu ini adalah Abdullah bin Mu’taz. llmu ini ditujukan untuk menguasai
seluk beluk sastra sehingga memudahkan seseorang dalam meletakkan kata- sesuai
tempatnya sehingga kata-kata tadi berlin bertelindan dengan indah, sedap
didengar dan mudah diucapkan.
12.
Ilmu Bayan : ilmu yang menetapkan
beberapa peraturan dan kaedah
untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat. Penemunya adalah Abu Ubaidah yang menyusun pengetahuan ini dalam
“Mujazu Al-Quran” kemudian berkembang pada imam Ahu T ,qahir disempurnakan oleh
pujangga-pujangga Arab lainnya seperti
AI-Jahiz, .lbnu Mu’taz, Qaddamah dan Abu Hilal Al- Asikari. Dengan ilmu ini
akan diketahui rahasia bahasa arab dalam prosa dan puisi, keindahan sastra
Al-Quran dan Hadist Tanpa mengetahui ilmu ini seseorang tidak akan dapat
menilai apalagi memahami isi al Quran dan Sabda nabi dengan sesungguhnya.
13.
Ilmu Ma’ani : pengetahuan untuk menentukan
beberapa kaedah untuk pemakaian kata sesuai dengan keadaan (situasi dan
kondisi) dalam istilah disebutkan “Muthabiq Lil /muqtadhal Hali” tujuannya
untuk mengetahui I’jaz Al-Quran, keindahan sastra Al-Quran yang tiada taranya.[3]
Unsur Pembentuk
Bahasa Arab
Sebagaimana
kita ketahui bahwa unsur terkecil pembangun kalimat adalah kata. Sebuah kalimat
sekurang-kurangnya dibangun dari 2 buah kata. Sedangkan jenis kata penyusun
kalimat itu terdiri dari 3 macam, yakni:
1. Kata Benda,
dalam bahasa Arab disebut isim (الاِسْم),
Kata benda atau
isim adalah kata yang paling banyak digunakan dalam struktur kalimat bahasa
Arab di samping kata kerja (fi'il). Hal ini terjadi karena memang dalam setiap
kalimat hampir dipastikan terdiri dari kata benda termasuk dalam kalimat verbal
(jumlah ismiyah) sekalipun yang masih membutuhkan subyek (fa'il) dan obyek
(maf'ul) yang keduanya harus berupa kata benda.
Isim adalah
kata benda (nominal) dalam bahasa Arab, yang menunjukan kepada jenis atau nama
benda, baik yang bernyawa seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, maupun benda
yang tidak bernyawa seperti benda, tempat, dan lain-lain.
Adapun
tanda-tanda Isim adalah :
َفالِإسْمُ يُعْرَفُ ِبالخَفْضِ
والَتنوينِ ودُخولِ الألِفِ واللام وحُرُوفِ الخَفْضِ
“Isim atau kata
benda dapat diketahui dengan jar, tanwin, alif lam (al) dan huruf-hurf jar”
وهِيَ مِنْ وإلي وعَنْ وعَليَ
وَفِي ورُبَّ والباءُ والكافُ واللامُ وحُروفُ الَقسَم وهي الواوُ والباءُ والتاءُ.
Huruf-huruf jar
adalah min (dari), ila (ke), 'an (dari, tentang), 'ala (atas), fi (di dalam),
rubba (terkadang), huruf ba' (dengan), huruf kaf (seperti), huruf lam (untuk,
milik).
a.
Isim Mufrod, Tasniyah, Jamak
Isim mufrod
(bentuk tunggal) dari segi hitungan terbagi menjadi tiga yaitu mufrod, tasniyah
dan jamak.
Isim mufrod
(singular) adalah kata benda yang menunjukkan arti satu. Misalnya, Ahmad,
Fatimah, Zakia, sekolah, pesantren, Islam.
Isim tasniyah
adalah kata benda yang menunjukkan arti dua. Untuk merubah isim mufrod menjadi
tasniyah adalah dengan menambah alif dan nun pada saat i'rab rafak dan menambah
yak dan nun pada saat i'rab nashab dan jer.
Contoh:
Telah datang
dua atlet yagn cepat جاء اللاعبان مسرعين
Saya mengetahui
dua pelajar yang rajin علمت الطالبين مجتهدين
Saya lewat
bertemu dengan dua teman مررت بالصديقين
Isim Jamak
adalah kata benda yang menunjukkan arti lebih dari dua
Contoh:
Para guru
lelaki yang ikhlas المعلمون مخلصون
Para guru
wanita yang rajin والمعلمات نشيطات
Isim mufrod sendiri
terbagi menjadi dua yaitu isim alam dan isim jenis.
Isim alam
adalah kata benda yang menunjukkan nama sesuatu dan tanpa pengertian yang
keluar dari kata itu. Seperti nama kota, nama orang, nama tempat, nama negara,
dsb.
Contoh: محمد ، ومكة ، وفاطمة ، والقدس ، وأبو يوسف ، وعبد الله
Isim alam
terbagi menjadi berberapa bagian sebagai berikut:
1) Dari segi
personalisasi (tasykhish) makna, terbagi menjadi isim alam syakhsi dan alam
jenis
2)
Dari segi asal pemakaian isim alam terbagi
menjadi murtajal dan manqul
3)
Dari segi kata terbagi menjadi mufrod,
murokkab
4) Dari segi
peletakan terbagi menjadi alam isim, alam kunyah, alam laqab
Isim alam jenis
adalah isim yang ditetapkan untuk makna akli umum yang murni yakni pada hakikat
akal yang murni.
Dari definisi
di atas dapat difahami bahwa isim alam jenis adalah isim yang ditetapkan untuk
menunjukkan pasa satu orang dalam hati, akan tetapi pada hakikatnya dalam
kenyataannya menunjukkan pada sejumlah individu. Isim alam dari segi makna
adalah isim nakirah karena menunjukkan pada sesuatu yang tidak tertentu; akan
tetapi dianggap isim alam individu secara lafadz
b.
Isim Alam Murtajal Dan Manqul
Dari segi asal
penggunaan, isim terbagi menjadi murtajal dan manqul.
Isim Alam
Murtajal adalah isim yang ditetapkan sebagai isim alam (nama) sejak awal dan
tidak pernah dipakai sebelumnya kecuali untuk nama (alam). Seperti Ahmad, Budi,
Fauzan, Muhammad, Fatimah.
Islam alam
murtajal terbagi dua yaitu:
(a) Murtajal
Qisayi yaitu isim nama yang ditetapkan sejak awal dan tidak dipakai selain
untuk nama akan tetapi ia bersifat qiyasi dalam segi adanya pembanding
(nadzair) dalam kalimat bahasa Arab. Seperti Hamdan adalah isim alam murtajal
tetapi ia diqiyaskan dengan Sa'dan yang merupakan nama tumbuhan dan Sofwan yang
merupakan nama batu.
(b) Isim alam
murtajal syadz yaitu isim alam yang sejak awal ditetapkan untuk nama, akan
tetapi tidak memiliki pembanding dalam bahasa Arab. Contoh: محبب
nama seorang lelaki dan tidak ada dalam bahasa Arab padanan wazannya. Juga kata
موهب
nama laki-laki dan موظب untuk nama tempat. Termasuk juga مريم dan
مدين.
Sedangkan Isim
Alam Manqul adalah nama yang diambil dari kata lain yang memiliki penggunaan
sebelumnya sebelum dijadikan nama. Contoh: ماجد ، وحامد ، وفاضل ، وسالم ، وعابد ، وثور ، وحجر ، وأسد di mana sebagian kata ini
diambil dari isim sifat (isim fa'il dan isim maf'ul) sebagian yang lain diambil
dari sejumlah isim.
Isim Alam dari
lafadz (kata) terbagi menjadi Mufrod dan Murokkab.
1. Isim Alam
Mufrod yaitu isim alam yang terdiri dari satu kata. Contoh, محمد ، أحمد ، على ، إبراهيم ، سعاد ، خديجة ، ومريم ، هند
Hukum alam
mufrod adalah mukrob dan di i'rob menurut amilnya. Contoh, جاء محمد . محمد مجتهد . صافحت عليا . سلمت على يوسف
2. Isim Alam
Murokkab adalah isin alam yang terdiri dari dua kata atau lebih dan menunjukkan
pada satu entitas sebelum dipindah dan setelahnya.
Isim alam
murokkab terbagi menjadi tiga yaitu (a) Murokkab Idhofi seperti عبد الرحمن ,أبو بكر;
(b) Murokkab Mazji seperti kata yang terdiri dari dua kata dimana kedua kata
itu bercampur sedemikian rupa sehingga seperti satu kata seperti حضرموت ، ومعديكرب ، وسيبويه (c)
Murokkab Isnadi yaitu setiap isim alam yang diambil dari jumlah fi'liyah
(kalimat verbal) seperti جاد الحق
atau jumlah
ismiyah (kalimat nominal) seperti الخير نازل, نحن هنا
c.
Alam Isim, Alam Kunyah, Alam Laqob
Isim alam
ditinjau dari peletakan adanya makna lain atau tidak adanya terbagi menjadi
tiga yaitu alam isim, alam laqab, alam kuniyah
1. Alam isim
yaitu setiap nama yang ditetapkan untuk menunjukkan pada sesuatu tertentu baik
mufrod atau murokkab seperti محمد ، وأحمد ،
وفاطمة ، ومكة ، وسيبويه ، وحضرموت ، وجاد الحق .
2. Alam Laqab
yaitu setiap nama yang menunjukkan pada sesuatu tertentu yang bertujuan untuk
memuji atau menghinda orang yang dipanggil. Contoh: الرشيد ، والمأمون ، والأخفش ، والمتنبي ، والناقص ، والسفاح ، والعرجاء
3. Alam
Kuniyah: adalah bagian dari isim alam murokkab idhafi hanya saja ia bukan isim.
Dan disyaratkan harus dimulai dengan salah satu kata berikut:
أب ، وأم ، وابن ، وبنت ، وأخ
، وأخت ، وعم ، وعمه ، وخال ، وخالة . نحو : أبو خالد ، وأم يوسف ، وابن الوليد ، وبنت
الصديق ، وبنت زيد الأنصارية ، وأخو بكر ، وأخت الأنصار ، وعم محمد ، وعمة عليّ ، وخال
أحمد ، وخالة يوسف . [4]
2.
Kata Kerja, dalam bahasa Arab disebut fi’il (الْفِعْل)
Fi'il adalah kata kerja dalam bahasa Arab
yaitu suatu kata yang menunjukkan sebuah aksi (membawa, membaca, berjalan,
berlari, belajar), peristiwa (terjadi, menjadi), atau keadaan (ada, posisi).
Dalam segi butuhnya pada obyek atau tidak, fi'il terbagi menjadi lazim
(intransitif) dan muta'addi (transitif). Di mana fi'il mutaadi dapat membutuhkan
maf'ul satu, dua dan bahkan tiga.
Sebagaimana dalam bahasa lain, fi'il atau kata
kerja dalam bahasa Arab terbagi menjadi fi'il lazim (intransitif) dan fi'il
muta'addi (transitif).
a.
Fi'il Lazim (Intransitif)
Fi'il lazim
atau kata kerja intransitif adalah setiap kata kerja yang hanya membutuhkan
subyek (fa'il); tidak membutuhkan obyek (maf'ul) Fiil lazim ada tiga macam.
1)
Fiil Lazim Murni
Fi'il yang tidak menashabkan maf'ul sama
sekali dan tidak membutuhkan bantuan huruf jar karena kalimat sudah sempurna
dengan adanya fa'il (subyek). Termasuk fiil lazim tipe ini adalah sebagai
berikut:
طال ، حَمُر ، شَرُف ، ، كَرُم ، حَسُن ,تمزق ، وسخ ، دنس ،، احمرّ ، اسودّ ، ابيضّ
، ، اقشعرّ
Artinya: Panjang, merah, mulya, dermawan,
baik, robek, kotor, merah, hitam, putih,
Contoh: طال الوقت
(Panjang waktunya).
2)
Fiil Lazim Dan Mutaadi
Fi'il yang lazin dam muta'addi sekaligus.
Fi'il tipe ini banyak terjadi pada fi'il tsulasi (tiga huruf) yang ain fi'ilnya
kasrah dari bab فَعِلَ Apabila fi'il ini menunjukkan
pada penyakit, kesusahan, maka ia lazim. Contoh مرض محمد
(Muhammad sakit), حزن علي (Ali sedih).
Apabila menunjukkan pada selain yang tersebut
di atas, maka ia menjadi muta'addi dengan dirinya sendiri (tanpa bantuan huruf
jar). Contoh: نسي المريض الدواء (Orang sakit itu lupa obatnya).
3)
Fiil Lazim Yang Mutaaddi Dengan Huruf Jar
Fi'il lazim yang menjadi muta'addi dengan
bantuan huruf jar. Fi'il tipe ini tidak dianggap fi'il muta'addi menurut
pendapat yang sahih. Karena jar majrur yang menjadi penghubung fi'il lazim
tidak dapat disebut sebagai maf'ul bih. Hanya disamakan saja karena i'robnya
yang benar adalah jar.
Contoh: ذهبت إلى مكة
(Saya pergi ke Mekkah); سافرت إلى جاكرتا (Aku pergi ke Jakarta)
b. Fi'il Muta'addi
(Transitif)
Fi'il mutaaddi
atau kata kerja transitif adalah setiap kata kerja yang selain butuh subyek
(fa'il) juga membutuhkan maf'ul (obyek) satu atau lebih karena kalimat belum
dapat difaham hanya dengan adanya fa'il tapi harus menyebutkan maf'ulnya supaya
menjadi kalimat sempurna.
Contoh: أكل الجائع الطعام
(Orang lapar makan makanan)
Fi’il Muta’addi
ini dibagi menjadi 3, yaitu :
1)
Fi'il Mutaaddi pada Maf'ul Satu
Mayoritas fi'il muta'addi hanya butuh pada
maf'ul satu. Contoh: أكل محمد طعاما (Muhammad memakan makanan)
2)
Fi'il Muta'addi pada Maf'ul Dua
Pada Fi’il Muta’addi pada Maf’ul dua ini
terbagi menjadi dua, yaitu :
a)
Fi'il yang menashabkan dua maf'ul yang asalnya
mubtadak dan khobar. Yaitu fi'il yang termasuk golongan Dzanna dan saudaranya (ظن وأخواتها)
Fi'il dari golongan Dzanna dan saudaranya (ظن وأخواتها)
ada tiga macam:
Kategori pertama: رأى علم ـ وجد ـ درى ـ تعلم ـ ألفى
Fi'il ini menunjukkan makna yakin.
Kategori kedua: ظن ـ خال ـ حسب ـ زعم ـ عد ـ حجا ـ هب Fi'il ini disebut fi'il rojhan (أفعال الرجحان).
Dan kedua kategori di atas disebut أفعال القلوب
(fi'il hati)
Kategori ketiga: صير ـ جعل ـ وهب ـ تخذ ـ اتخذ ـ ترك ـ رد Fi'il ini disebut أفعال التحويل
(fi'il perubahan).
b)
Fi'il yang menashabkan dua maf'ul yang asalnya
bukan mubtada' dan khabar.
Fi'il yang membutuhkan maf'ul dua antara lain:
- كسا
Contoh: كسوت زيدا ثوبا (Aku memakaikan baju Zaid)
- ألبس
Contoh: ألبس الفنان ضفة النهر حللا
سندسية
- سأل
Contoh: سأل الفقير الغنى مالا (Orang fakir meminta harta pada
orang kaya)
- أعطى
Contoh: أعطيت الفقير دولارا (Aku memberi dolar pada si fakir
itu)
- أطعم
Contoh: أطعمت الجائع خبزا (Aku memberi roti pada orang
lapar).
3)
Fi'il Muta'adi Pada Maf'ul Tiga
Termasuk dari fi'il yang memerlukan tiga
maf'ul adalah sebagai berikut: أرى ـ أعلم ـ حدَّث ـ نبَّأ ـ أنبأ ـ خبَّر ـ أخبر
Fi'il ini terbagi menjadi dua:
(a) Fi'il yang muta'adi pada maf'ul tiga
dengan perantaraan hamzah yang dikenal dengan hamzah naql (همزة النقل)
atau hamzah ta'diyah yang jumlahnya ada dua fi'il yaitu أرى ، أعلم
Contoh: أرى والدك زيدا خالدا أخاك dan
أعلمت عليا محمدا مسافرا (Aku memberitahu Ali [bahwa] Muhammad sedang musafir).
(b) Fi'il muta'adi pada maf'ul tiga tanpa
perantaraan hamzah ada lima yaitu حدَّث, نبَّأ, أنبا ,خبَّر, أخبر
Contoh: (Aku menceritakan pada Muhammad bahwa
Ali datang) حدت إبراهيم محمدا موجودا,
أنبأت محمدا عليا قادما
Selain pembagian fi’il dalam bentuk transitif
dan intransitif, Fi’il juga dibagi kedalam 3 macam, yaitu Fi’il Madhi, Fi’il
Mudhari’, dan Fi’il Amr.
a. Fi'il Madhi
adalah kata kerja bentuk lampau. Atau kata kerja yang menunjukkan atas
terjadinya sesuatu sebelum dibicarakan. Contoh: ضربَ وأكلَ واستخرجَ
(Dia) Memukul, (Dia) Makan, (Dia) mengeluarkan.
b. Fi'il mudharik
adalah kata kerja bentuk sekarang atau yang akan datang. Atau kata kerja yang
menujukkan terjadinya sesuatu yang dibicarakan atau sesudahnya. Contoh: ضربُ وتأكلُ و نستخرجُ.
Fi'il Mudharik harus dimulai dengan salah satu dari 4 (empat) huruf yang
disebut huruf mudhara'ah yang terkumpul dalam kata نأتي
yaitu huruf nun, hamzah, ta', ya'.
Contoh: أقوم و نقوم و تقوم
و يقوم
c. Fi'il Amar
adalah kata kerja yang menunjukkan perintah. Yaitu kata kerja yang isinya
menuntut terjadinya sesuatu setelah pembicaraan. Contoh ضرب و اجتهد[5]
3.
Kata Depan, dalam bahasa Arab disebut harf (الْحَرْف).
Dalam kaidah
Bahasa Arab, huruf didefinisikan sebagai
مَا يَتَرَكَّبُ مِنْهُ اْلكَلِمَةُ أَوْ كَلِمَةٌ لاَ يَفْهَمُ مَعْنَاهَا إِلاَّ
مَعَ غَيْرِهَا
“Huruf adalah unsur yang merangkai kata yang
tidak dipahami maknanya sebelum terangkai dengan unsur lain”
Dari pengertian
diatas, maka dapat dipahami bahwa huruf adalah sesuatu yang unsur yang tidak
akan sempurna maknanya kecuali bila sudah berhubungan dengan yang lain.
Dalam Bahasa
Arab dikenal beberapa kategori huruf, yang secara garis besarnya dapat
dikelopokkan menjadi 2 (dua) macam :
a.
Huruf Mabani (حُرُوْفُ المَبَانِي )
Huruf Mabani yaitu huruf-huruf yang merangkai
sebuah kata. Huruf-huruf seperti ini juga biasa disebut dengan huruf hijaiyyah
atau huruf ejaan. Huruf-huruf seperti ini tidak termasuk kategori kata,
sehingga tidak termasuk dalam kategori pembagian kata dalam Bahasa Arab.
Contoh
: أ – ب – ت – ث – ج – ح – خ
b.
Huruf Ma’ani (حُرُوْفُ المَعَانِي)
Huruf Ma’ani yaitu huruf yang pada prinsipnya
membawa makna yang melekat pada dirinya, meskipun makna tersebut belum bias
dipahami sebelum dirangkaikan dengan kata yang lain. Jenis huruf inilah yang
menjadi salah satu kategori kata dalam pembagian kata dalam Bahasa Arab
Huruf-huruf yang masuk dalam kategori ini
cukup banyak, antara lain :
1)
Huruf jar
Huruf jar yaitu huruf yang secara umum
menyebabkan kata benda (isim mufrad) yang mengikutinya berharokat akhir kasroh,
dalam Bahasa Indonesia mungkin identik dengan kata depan : مِنْ – إِلَى – عَنْ - عَلىَ – فِي – كَـ - بِــ - لِــ seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Huruf jar adalah
Huruf-huruf yang megejerkan makna pekerjaan pada kata sebelumnya kepada kata
benda sesudahnya.Huruf jar juga bisa dikatakan huruf sambung yang menyambungkan
kata kerja sebelumnya kepada kata benda sesudahnya.
Huruf jar ini bisa sebagai jembatan kata kerja
pasif yang menghendaki objek.Sedangkan Huruf jar sendiri berjumlah 20 huruf
yaitu, مِنْ (dari), إِلَى (ke/kepada), عَنْ(dari),
عَلَى (atas), فِيْ (di/di dalam), رُبَّ
(kadang), حَتَّ ى (sampai/sehingga),خَلاَ
(selain/kecuali), حَاشَا (selain/kecuali), عَدَا
(selain/kecuali) ب,تَ وَ (demi,kata sumpah),كَ
(seperti), بِ (dengan), لِ (untuk), مُذْ مُ,نْذُ
(sejak,dari), آَيْ (supaya), مَتَى (dari).Akan tetapi Huruf jar
yang ada pada Kitab HIKAM karya Ibnu Athaillah al-Sakandari adalah huruf مِنْ
(dari), إِلَى (ke/kepada), عَنْ
(dari), عَلَى (atas), فِيْ
(di/didalam), كَ (seperti), بِ (dengan), لِ
(untuk).
Penghubung huruf jar adalah kata yang
berhubungan dengan huruf jar dalam
persesuaian makna yang berupa فِعْل (kata kerja), شِبْهُ الْفِعْل
(kata yang serupa dengan kata kerja) berupa مصدر
(geround), اسم الفاعل atau صفة, مشبهة,(pelaku,pekerjaan),
اسم, المفعول (objek), اسم,الجامد,المؤول, باسم, المشتق,(kata baku yang ditafsirkan
dengan kata yang mempunyai pecahan), اسم,المشتق
(kata yang mempunyai pecahan kata), dan اسم,الفعل
(kata benda yang mempunyai arti pekerjaan). Penghubung Huruf Jar tersebut ada
jika Huruf Jar huruf yang asli, tidak tambahan ataupun penyerupa. Jika Huruf
Jar tidak asli maka tidak ada penghubung adapun penghubung yang ada dalam kitab
HIKAM karya Ibnu ‘ Athaillah al-Sakandari adalah فِعْل
(kata kerja), شِبْهُ, الْفِعْل (kata yang serupa dengan kata
kerja) berupa مصدر (geround), اسم.
2)
Huruf Athaf (kata sambung)
Huruf Athaf seperti : وَ
(dan) Huruf athaf ada sepuluh yaitu : : الواو
(dan), الفاء (kemudian), ثمّ
(kemudian), او (atau), ام (atau), إمّا (atau), بل (tetapi), لا(tidak),لكنّ
(akan tetapi), dan حتّى (hingga) pada sebagian tempat.
Jika mengathafkan sebuah kata kepada ma’thuf
yang marfu’ engkau harus merafa’kannya.Demikian pula halnya jika ma’thuf tersebut
manshub,engkau harus menashabkan athafnya. Begitu pula jika ma’thuf beri’rab
makhfudh atau majzum, maka engkau harus menjadikannya khafadh atau jazm.
Sebagai contoh :
يقعد لم و يقم لم زيدو عمرو و بزيد مررت و، عمرا و زيدا رايت و، عمرو و زيد قام
Athaf terbagi kedalam dua makna, yaitu :
1)
Secara etimologi bermakna الم
(condong),contoh فلان على فلان عطف
2)
Secara terminology Athaf terbagi menjadi dua,
yaitu :
a)
Athaf Bayan, adalah tabi’ yang berupa isim
jamid dan berfungsi menjelaskan matbu’nya jika berupa isim ma’rifat, dan
berfungsi menthakhis (mengkhususkan) matbu’nya jika berupa isim nakirah. Contoh
: صديد ماء من
b)
Athaf Nasq, adalah athaf yang diantara tabi’
dan matbu’nya terdapat salah satu dari sepuluh Huruf-huruf athaf.Huruf-huruf
tersebut, yaitu :
i.
الواو
(dan) Huruf ini mutlak digunakan untuk menghubungkan dua kata yang setara, baik
berupa isim ataupun berupa fi’il.
Contoh : احمد و محمود جاء
ii.
الفاء
(kemudian) Huruf ini berfungsi menunjukan makna tartib (urutan) dan ta’qib
(penyusulan). Ta’qib menunjukan bahwa kata yang kedua datang setelah yang
pertama tanpa tenggang waktu yang.
Contoh : فالمشاة الفرسان قدم
iii.
ثمّ
(kemudian) huruf ini berfungsi menunjukan makna tartib dan tarakhi. Tarakhi
berbeda dengan ta’qib dari segi adanya tenggang waktu antara kata pertama dan
kedua.
Contoh: السلام و الصلاة عليهم محمّدا ثمّ عيسى ثمّ موسى اللهارسل
iv.
او
(atau) huruf ini berfungsi menunjukan makan takhyir (pilihan) atau ibahah
(mubah), Perbedaannya jika takhyir harus memilih salah satu pilihan dan ibadah
boleh memilih kedua pilihan yang ada.
Contoh : النحو او الفقه اُدرس
v.
ام
(atau) huruf ini berfungsi untuk meminta ta’yin (penentuan sesuatu) dari
seseorang. Dan huruf ini terletak pada huruf hamzah istifham. Contoh : ؟ النحو او الفقه درست ا
vi.
إمّا
(atau) huruf ini dapat digunakan dalam kalimat dengan syarat harus didahului
dengan huruf إمّا lainnya dan huruf ini
memiliki makna yang sama dengan huruf او
(atau).
Contoh : اختها إمّا و هندا إمّا تزوّجْ
vii.
بل
(tetapi) Huruf ini digunakan untuk idhrab, yaitu mengalihkan perhatian dari
kata yang terletak sebelum بل.
Contohnya : بكر بل محمّد جاء ما
viii.
لا(tidak)
Huruf ini berfungsi menafikan kesetaraan hukum pada kata yang terletak diantara
huruf tersebut.
Contoh : خالد لا بكر جاء
ix.
لكنّ
(akan tetapi) huruf ini menunjukan penetapan suatu hukum (keadaan) pada sebuah
kata yang terletak sebelum huruf لكنّ
Sekaligus menetapkan kebalikan dari kata yang terletak sesudah Huruf tersebut.
x.
Contoh : المجتحدين لكن الكُسالى احبّ لا
xi.
حتّى
(hingga) huruf ini digunakan untuk At Tadrij (pemberian tahapan) dan Al Ghoyah
(penentuan tujuan). Makna At Tadrij adalah dalalah/Indikasi berlalunya sesuatu
setahap demi setahap. Contoh : الابياء حتّى الناس يموت[6]
Pentingnya
Mempelajari Bahasa Arab
Terdapat
beberapa alasan atas pentingnya mempelajari bahasa Arab, beberapa diantaranya
yaitu :
1. Keutamaan
bahasa Arab amatlah jelas karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an Al-Karim.
Cukup alasan inilah yang jadi alasan besar kenapa kita harus mempelajari bahasa
Arab. Keistimewaan bahasa Arab disebutkan dalam Al-Qur’an lebih dari sepuluh
tempat, di antaranya pada ayat,
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ
فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ . قُرْآنًا عَرَبِيًّا
غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap
macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al Quran dalam bahasa
Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS.
Az-Zumar: 27-28)
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
اللِّسَانُ العَرَبِي شِعَارُ
الإِسْلاَمِ وَأَهْلِهِ
“Bahasa Arab adalah syi’ar Islam dan syi’ar kaum muslimin.” Disebutkan dalam
Iqtidha’ Shirath Al-Mustaqim.
2. Dengan
mempelajari bahasa Arab lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan
dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Dengan modal bahasa Arab akan mudah pula dalam
memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafalkan,
menjelaskan serta mengamalkannya.
3. Orang yang
paham bahasa Arab, terutama paham kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu akan semakin
mudah memahami Islam daripada yang tidak mempelajarinya sama sekali. Apalagi
jika tugas seseorang sebagai penyampai dakwah, menjadi seorang da’i, kyai atau
ustadz, tentu lebih urgent lagi mempelajarinya agar mudah memberikan pemahaman
agama yang benar pada orang banyak.
4. Orang yang
paham bahasa Arab akan mudah menggali ilmu dari ulama secara langsung atau
membaca berbagai karya ulama yang sudah banyak tersebar hingga saat ini.
Sedangkan yang tidak paham bahasa Arab hanya bisa mengandalkan kitab terjemahan
dan itu sifatnya terbatas.
5. Bahasa Arab itu
bahasa yang lembut dan lebih mengenakkan hati, serta menentramkan jiwa.
Ibnu Katsir
saat menjelaskan surat Yusuf ayat kedua menyatakan,
لأن لغة العرب أفصح اللغات
وأبينها وأوسعها، وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس
“Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling
luas (kosakatanya), dan paling banyak mengandung makna yang menentramkan jiwa.”
6. Bahasa Arab
adalah bahasa yang paling mulia.
Ibnu Katsir
rahimahullah juga menyatakan,
فلهذا أنزلَ أشرف الكتب بأشرف
اللغات، على أشرف الرسل، بسفارة أشرف الملائكة، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض، وابتدئ
إنزاله في أشرف شهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه
“Karena Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan dengan bahasa
yang paling mulia, diajarkan pada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh
malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka
bumi, diturunkan pula di bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan. Dari berbagai
sisi itu, kita bisa menilai bagaimanakah mulianya kitab suci Al-Qur’an.”
Oleh karena itu
Allah nyatakan tentang bahasa Arab,
إِنَّا أَنزلْنَاهُ قُرْآنًا
عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (QS. Yusuf: 2)
7. Bahasa Arab
adalah bahasa yang lurus, mudah dipahami dan mudah digunakan sebagai hukum bagi
manusia.
Allah
menyatakan sendiri,
قُرْآَنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ
ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“(Ialah)
Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya
mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 28)
Dalam ayat lain
disebutkan,
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ
مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara: 192-195). Sebagaimana
disebutkan dalam Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, Al-Qur’an diturunkan dengan
bahasa Arab yaitu bahasanya orang Quraisy yang setiap orang mudah memahaminya.
Juga dalam ayat
lain disebutkan,
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ حُكْمًا
عَرَبِيًّا
“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang
benar) dalam bahasa Arab.” (QS. Ar-Ra’du: 37). Disebutkan dalam Tafsir
Al-Jalalain, bahasa Arab digunakan sebagai hukum di tengah-tengah manusia.
Dalam Zaad Al-Masiir disebutkan bahwa bahasa Arab bisa digunakan untuk
menerangkan hukum-hukum yang wajib.[7]
Daftar Pustaka
Konsultasi Syariah. 2011. “Kata Benda (Isim) Bahasa Arab”, KSI
Al-Khoirot, diakses dari http://www.alkhoirot.net/2011/12/belajar-bahasa-arab-ii-kata-benda-isim.html
Konsultasi Syariah. 2011. “Kata Kerja (Fiil) Bahasa
Arab”, KSI Al-Khoirat, diakses dari http://www.alkhoirot.net/2011/12/kata-kerja-fiil-bahasa-arab.html
Nugraha, Ashidiq. 2013. “Cabang-cabang Ilmu Bahasa Arab”, Bahasa
Al-Arab, diakses dari http://bahasaalarab.blogspot.co.id/2013/04/cabang-cabang-ilmu-bahasa-arab.html
Sasongko , Agung. 2015. “Mengenal Ilmu Tata Bahasa Arab”, Republika
online edisi 6 September, diakses dari http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/09/06/nu8gb4313-mengenal-ilmu-tata-bahasa-arab
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2016. “7 Alasan Harus Belajar
Bahasa Arab”, Rumasyo : Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, diakses dari https://rumaysho.com/12720-7-alasan-harus-belajar-bahasa-arab.html
Yulia, Heriandi. 2015. “Pengertian Huruf, Ciri-Ciri dan Tugas Huruf
Khofat”, Lovesyuliana blog, diakses dari http://lovesyulia.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bahasa-arab.html
[1]
Agung Sasongko, “Mengenal Ilmu Tata
Bahasa Arab”, Republika online edisi 6 September 2015, diakses dari http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/09/06/nu8gb4313-mengenal-ilmu-tata-bahasa-arab
[2] Ashidiq Nugraha, “Cabang-cabang Ilmu
Bahasa Arab”, Bahasa Al-Arab, diakses dari http://bahasaalarab.blogspot.co.id/2013/04/cabang-cabang-ilmu-bahasa-arab.html
[3] ibid
[4] Konsultasi Syariah, “Kata Benda
(Isim) Bahasa Arab”, KSI Al-Khoirot, diakses dari http://www.alkhoirot.net/2011/12/belajar-bahasa-arab-ii-kata-benda-isim.html
[5] Konsultasi Syariah, “Kata Kerja
(Fiil) Bahasa Arab”, KSI Al-Khoirat, diakses dari http://www.alkhoirot.net/2011/12/kata-kerja-fiil-bahasa-arab.html
[6]
Heriandi Yulia, “Pengertian Huruf,
Ciri-Ciri dan Tugas Huruf Khofat”, Lovesyuliana blog, diakses dari http://lovesyulia.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bahasa-arab.html
[7] Muhammad Abduh Tuasikal, “7 Alasan Harus
Belajar Bahasa Arab”, Rumasyo : Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, diakses dari
https://rumaysho.com/12720-7-alasan-harus-belajar-bahasa-arab.html
Comments
Post a Comment