Dilema rokok dan Kelambanan Pemerintah
Dilema rokok dan Kelambanan Pemerintah
Mengerikan. Sepertinya sudah seharusnya ada regulasi yg bijak terkait rokok ini. Anggota Tim Monitoring Iklan rokok di sekitar sekolah Hendriyani, mengatakan, sekitar 200 ribu orang di Indonesia meninggal dunia karena sakit yang disebabkan rokok (Republika). Inilah Indonesia, negara ke-3 dengan tingkat konsumsi rokok terbesar di dunia. Tercatat sebesar 66 Juta orang tergolong sebagai perokok aktif dg 3.9 juta diantaranya masih berusia 10-14 tahun.
Rokok seakan2 sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap warga indonesia. Tak ayal, ini menjadikan permintaan rokok yg inelastis terhadap perubahan harga. Ditambah lagi, banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pabrik rokok ini. Negara pun terlihat kesulitan dalam mengontrol perusahaan2 rokok di Indonesia. Politik uang disinyalir sebagai faktor utama atas lambanya pemerintah dalam mengontrol para taipan2 rokok itu. Tak heran, Indonesia bersama Amerika dan Kanada, menjadi pihak yg tidak meratifikasi International Convention on Tobacco Control (ICTC) pada pertengahan tahun ini.
Memang dalam mengatasi masalah ini, tidak dapat diatasi dengan pandangan parsial saja. Indonesia memang bergantung pada rokok. Penerimaan pajak atas perusahaan rokok sangatlah besar. Belum lagi adanya jutaan warga yang menggantungkan hidupnya sebagai buruh pabrik.rokok. Tak bisa dibayangkan besarnya kerugian negara atas kehilangan sumber suntikan dana APBN yang besar ini serta maraknya pengangguran jika perusahaan2 rokok ini ditutup. Bagainana tidak, kuartal I 2016 saja penerimaan Cukai atas rokok sebesar 7.9 Triliun rupiah. Walau jumlah ini menurun dari Kuartal I tahun 2015 yang pada saat itu tercatat sebesar 24.1 Triliun rupiah (Kompas), tetap saja nominal itu bukanlah sembarangan.
Namun, jika kita perhatikan dengan seksama, daftar orang2 terkaya di Indonesia di isi oleh taipan2 rokok itu. Sejumlah nama pemilik perusahaan rokok bertengger di atas daftar nama2 orang2 terkaya itu. Lalu, coba bandingkan dengan kehidupan para pekerja rokok yang hidupnya tak jauh dari lingkaran kemiskinan. Penerimaan rokok sebagian besar diraup oleh taipan2 itu, dan hanya sedikit yang menetes kepada para pekerja2 rokok. Aspek mana dari hal ini yang baik bagi perekomonian? Oke jikalau kita melihat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Oke jikalau kita bangga dengan banyaknya nama2 pemilik perusahaan indonesia yang mulai mengimbangi orang2 kaya di belahan dunia lain. Namun, apakah jurang ketimpangan perekonomian diabaikan begitu saja? Apakah benar bahwa perusahaan rokok ini membawa perekonomian ke jalur yang adil?
Alasan banyaknya warga yang bergantung pada industri rokok itu sebenarnya tidak masuk akal. Supply atas tenaga kerja rokok ini merupakan supply derivatif akan adanya pasar untuk produk rokok. Simplenya, supply labor itu ada karena adanya permintaan pada produk rokok. Kalau pasar rokok tidak bergairah, maka pasar tenaga kerja juga tidak bergairah. Selain itu, harga tembakau yang berkisar antara 34.000-47.000 /kg ini membuat kurangnya insentif bagi petani untuk mengubah pola produksinya. Jika kita bandingkan dengan kasus "kematian" industri gula di Indonesia sehingga impor gula menjadi langkah terakhir, hal itu terjadi karena harga tebu hanya 1/2 dari harga padi padahal waktu panen tebu lebih lama dari waktu panen padi. Hal ini menjadikan petani2 tebu kehilangan insentif dan beralih memproduksi padi.
Dari segi kesehatan masyarakat, bahaya rokok sudah sangat jelas. Asap rokok dapat memproduksi partikel racun di rumah yang lebih besar dibandingkan polusi udara di kota-kota di Inggris. Tak ayal, hal ini menyebabkan besarnya jumlah korban atas rokok ini. Seharusnya negara tau akan mahalnya harga kesehatan ini. Negara yang baik, adalah negara yang masyarakatnya sehat. Jikalau masalah kesehatan belum dapat diatasi, bagaimana negara dapat maju dengan kondisi SDM seperti itu?
Dalam hal ini, sepertinya kita menyaksikan kelambanan pemerintah akan masalah pelik ini. Bagaimana bisa sesuatu yang jelas2 merugikan masyarakat secara umum dibiarkan begitu saja? Apakah benar bahwa pemerintah memang "lupa" atau ada politik uang dibaliknya? Kalau memang pemerintah lupa, apalah arti gaji yang para pejabat dapatkan memlaui uang rakyat jikalau tidak dapat memanggul urusan rakyat dengan baik? Jikalau adanya politik uang, maka sudahlah tentu negri ini akan semakin hancur.
Akhir kata, dapat kita simpulkan bahwa dampak negatif yang muncul akibat rokok jauh melebihi manfaat yang diterima negara. Walaupun hal itu menimbulkan dilemma yang patut diperhitungkan, hal itu sebenarnya snagat mudah diatasi. Pemerintah dapat memberikan insentif yang tinggi kepada petani non-tembakau sehingga petani2 mau mengganti pola produksinya. Selain itu, kenaikan harga rokok adalah keniscayaan. Selama harga rokok dapat dengan mudah dijangkau, maka konsumi rokok tidak akan berubah. Dan terakhir, politik uang harus segera di bersihkan. Jangam sampai hajat hidup orang banyak diabaikan oleh kepentingan para taipan2 rokok.
Simak Video Inspiratif betikut :
https://youtu.be/fM9t3hub6yg
Sumber :
www.kemenperin.go.id/artikel/13782/Produksi-Tembakau-Siap-Bangkit
www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/10/141021_majalah_kesehatan_perokok
bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/04/28/070505426/Tahun.Ini.Cukai.Rokok.Bukan.Lagi.Andalan.Penerimaan.Negara
m.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/06/15/npzn0h-ribuan-orang-di-indonesia-meninggal-akibat-rokok
Sumber gambar :
http://res.cloudinary.com/dk0z4ums3/image/upload/v1470370151/attached_image/sebab-wajib-menjauhkan-buah-hati-dari-asap-rokok-alodokter.jpg
Comments
Post a Comment