Pengembangan Infrastruktur Jaringan Internet sebagai Usaha Memaksimalkan Potensi Alam di Lingkungan Warga Pesisir Pantai Nusa Tenggara Timur
Pengembangan Infrastruktur Jaringan Internet
sebagai Usaha Memaksimalkan Potensi Alam di Lingkungan Warga Pesisir Pantai Nusa
Tenggara Timur
By : Zidna Qoulan Tsaqila & Mochamad Thoriq Akbar
“We are all now connected by the Internet,
like neurons in a giant brain”
– Stephen Hawking
Sebagai sebuah
negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan garis pantai terpanjang
kedua di bawah Kanada, Indonesia sangatlah diunggulkan untuk menjadi poros
maritim dunia melaui sektor kelautan dan perikanan. Hal itu bukanlah bualan
belaka melihat luas laut yang hampir menutupi 70% wilayah seluas hampir 2000 km2
ini. Ditambah lagi dengan adanya potensi perikanan yang diperkirakan bernilai
USD 82 juta. Tak heran Presiden Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, sempat
menekankan bahwa “Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang
mengarungi dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa,”
dalam pidatonya dalam KTT Asia Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar tahun lalu.
Salah satu
daerah yang memiliki potensi sangat besar dalam kelautan dan perikanan ialah
provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). NTT merupakan daerah yang sangat potensial
dalam bidang perikanan dan kelautan. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Produksi Perikanan Tangkap Menurut
Provinsi dan Subsektor (ton), 2000-2014, NTT memiliki hasil produksi perikanan
tangkap yang cukup besar, yakni sebesar 103.825 ton pada tahun 2013, 111.415
ton pada tahun 2014 dan terus terjadi kenaikan secara signifikan tiap tahunnya.
Walaupun
terdapat kenaikan dari tahun ke tahun yang kita dapati dari data BPS itu, masih
banyak potensi perikanan laut NTT yang belum tereksplorasi. Menurut kepala
bidang perikanan tangkap dan pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
NTT, Ganef Wugiyanto, potensi perikanan tangkap yang ada di NTT baru diolah
38%. Hal ini kemudian ditanggapi oleh Kepala Desa Pero Batang, Yohannes Rangga,
bahwa hal itu terjadi karena pengelolaan perikanan yang masih dilakukan dengan
cara konvensional. Hal yang sama kurang lebih terjadi pula pada produksi rumput
laut di wilayah ini. Menurut Kepala Desa Waypayu, Yulius Waininga, produksi
rumput laut di NTT sangatlah potensial mengingat arus laut yang berputar lebih
banyak ke kawasan ini. Namun, potensi ini seakan-akan terkubur karena
pengelolaan yang buruk
dan munculnya para tengkulak yang merusak harga pasar.
dan munculnya para tengkulak yang merusak harga pasar.
Peta Potensi Ikan
Perairan Indonesia. Terlihat dari 154 ribu ton ikan, hanya 34 ribu yang telah
di produksi. Sumber: https://www.plengdut.com/potensi-dan-persebaran-sumber-daya-laut/173/
|
Pemerintah NTT
sebenarnya tidak tinggal diam dalam menyikapi potensi-potensi yang terlantar
ini, salah satunya adalah melalui kebijakan Gemala (Gerakan masuk laut) yang
mulai diberlakukan pada tahun 2002. Namun, aplikasi di lapangan dari program
ini sangat jauh dari harapan. Masyarakat NTT masih takut akan laut. Menurut Dr.
Ir. Semuel A. M. Littik, M.Sc., Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Pattimura, hal ini terjadi karena kultur masyarakat NTT yang lebih
berorientasi pada kegiatan di darat seperti berburu hewan, bercocoktanam, dan
beternak hewan. Hal ini kemudian didukung data dari BPS tentang ketenagakerjaan
di NTT yang mayoritasnya bekerja di sektor pertanian.
Selain potensi
perikanan yang besar, aspek geografis NTT yang mayoritas lautan juga memiliki
potensi pengembangan wisata bahari. Menurut Sekretaris Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata NTT, Wely Rohimone, kondisi perarian NTT yang
bening, banyak terumbu karang, serta keanegaragaman biota laut yang unik
menjadikan sektor pariwisata NTT sangat menjanjikan, baik untuk diving,
surfing, snorkeling, fishing, dan sebagainya. Hal ini tercermin dalam
rencana induk kepariwisatan nasional 2010-2025 sebagaimana diatur dalam PP
No.50/2011 yang menempatkan NTT sebagai salah satu daerah tujuan wisata
nasional di Indonesia. Selain itu, di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) 2014-2018, pemerintah NTT telah mencanangkan untuk mewujudkan
NTT menjadi provinsi pariwisata tahun 2018. Namun, kondisi di lapangan tidak
jauh berbeda dari kasus sektor perikanan yang sebelumnya dibahas. Jika mengacu
pada data tahun 2013, sumbangan sektor pariwisata hanya 2.56% atau Rp 11.7
miliar dari total PAD NTT. Angka ini tentu sangat memprihatinkan melihat sangat
melimpahnya potensi wisata yang dimiliki NTT.
Jika ditelusuri
bersama, terdapat sebuah langkah strategis yang dapat menjadi solusi utama
permasalahan di NTT, yaitu pengembangan infrastruktur jaringan internet. Infrastruktur
disini berkaitan baik pada pengembangan sarana fisik maupun pembangunan sistem
perangkat lunak yang mendukung. Mengapa internet? Seperti perkataan Stephen
Hawking di awal esai ini yakni, dunia masa kini telah terhubung dengan internet
layaknya neuron-neuron dalam sebuah otak yang besar. Internet dapat
menghilangkan batas-batas politis dan geografis antar daerah dan menjadikan
dunia dalam sebuah kesatuan tanpa adanya pembatas. Selain itu, sistem keuangan
global pun semakin terintegrasi melalui internet. Berbagai fasilitas keuangan yang
berjalan dalam platform internet seperti ATM, E-money, Internet Banking,
mulai muncul sebagai reaksi atas maraknya penggunaan internet. Lalu, bagaimana
kondisi infrastruktur jaringan internet di NTT dan apa hubungan antara
pengembangan infrastruktur jaringan internet ini
dan pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh NTT?
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Provinsi yang lebih dari 80% wilayahnya (18 kabupaten) merupakan daerah tertinggal. Seperti dilansir oleh kemendesa, salah satu faktor yang menyebabkan hal ini ialah keterbatasan sarana dan prasarana publik. Sarana dan prasarana publik yang agak menjadi sorotan adalah infrastruktur telekomunikasi yang di dalamnya meliputi infrastruktur jaringan internet. Di NTT masih terdapat 33,29 persen desa yang tidak terjangkau sinyal seluler. Bahkan di Kabupaten Manggarai Timur terdapat 78,98 35 persen desa tidak terjangkau sinyal seluler. Hal itu diperparah dengan berita-berita yang kerap kali muncul terkait rusaknya Base Transceiver Station (BTS) akibat cuaca yang menyebabkan putusnya jaringan internet. Akibatnya, warga sering mengeluh akan kesulitan dalam berkomunikasi dan kerap kali mengalami masalah ketika melakukan transaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dikarenakan tidak berfungsinya jaringan ATM tersebut.
Proporsi Penduduk
Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet Tahun 2012. Terlihat Provinsi
NTT berada pada zona merah dalam hal ini. Sumber http://ulimargis.blogspot.co.id/
2016/05/peta-akses-internet-indonesia.html
|
Kondisi
demikian tentu menjadi catatan merah tersendiri. Mempertimbangkan potensi yang
belum tergali sepenuhnya di NTT, pengembangan infrastruktur jaringan internet,
menjadi hal yang tidak dapat disepelekan. Hal ini tidak lepas dari peran
internet yang sangat besar bagi pengembangan potensi-potensi yang selama ini
tenggelam di bumi NTT.
Internet
menjadikan proses ekonomi suatu daerah menjadi semakin lancar. Dengan internet,
proses jual-beli produk yang pada mulanya hanya menjangkau pasar lokal dengan
alasan geografis menjadi lebih luas bahkan hingga pasar internasional. Hal ini
tentu sangatlah menguntungkan bagi para nelayan. Nelayan yang sebelumnya hanya
mengandalkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di daerahnya masing-masing kini dapat
mengandalkan fasilitas internet untuk menjangkau konsumen-konsumen yang berada
jauh dari TPI. Metode pembayaran pun dapat terintegrasi melaui
fasilitas-fasilitas keuangan digital yang kini semakin mudah dijalankan. Selain
itu, dengan adanya internet maka nelayan tidak perlu lagi bergantung pada
keberadaan tengkulak sebagai perantara yang kerap merusak harga pasar. Nelayan
mampu menjangkau konsumen secara langsung melalui media internet ini. Perluasan
pasar nelayan serta proses jual-beli tanpa tengkulak ini jelas akan menimbulkan
keuntungan yang berlipat ganda bagi nelayan.
Di samping
pengembangan jaringan internet dalam bidang perdagangan di atas, pengembangan
jaringan internet dalam bidang meteorologi juga perlu dipertimbangkan. internet
menjadi salah satu wadah penyampai informasi secara cepat dan akurat di era digital
ini. Informasi mengenai ramalan cuaca, arus laut, dan berita-berita mengenai
kondisi laut lain dapat diperoleh melalui internet secara faktual. Hal ini
tentu menjadikan nelayan mampu bergerak dengan cepat dan tepat sehingga
meminimalisir kerugian dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang
kadang kala dialami oleh nelayan dikarenakan
kesalahan dalam pemilihan waktu ketika melaut.
Jika
mengaitkannya dengan pengembangan potensi pariwisata, jaringan internet juga
memiliki peran yang luar biasa untuk memaksimalkan potensi wisata bahari di NTT.
Karena, dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan
Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia mencapai 132 juta
pengguna atau separuh dari total penduduk Indonesia. Selain itu, berdasarkan
data dari Internet World Stats, terdapat 3.675.824.813 pengguna internet di
dunia, atau bisa dibilang setengah dari total populasi manusia sudah tersambung
dengan internet. Besarnya pengguna internet ini tentu sangat berpotensi sebagai
sasaran pemasaran daerah-daerah wisata di NTT. Selain itu, internet dapat
mengitegrasikan segala proses terkait kenyamanyan wisatawan seperti pemesanan
tempat singgah, akomodasi transportasi dan kuliner. Kemudahan-kemudahan ini
yang kemudian disinyalir dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke
NTT kedepannya baik wisatawan domestik maupun asing .
Ringkasnya,
infrastruktur jaringan internet memiliki banyak dampak positif bagi eksplorasi
potensi-p otensi
yang dimiliki NTT. Para nelayan kini dapat memperoleh pangsa pasar yang lebih
besar daripada sebelumnya. Nelayan juga dapat mendapatkan informasi faktual
yang akan meminimalisir tindakan-tindakan yang kurang tepat dan membahayakan.
Masyarakat pesisir lain juga akan semakin diuntungkan ketika banyak wisatawan
yang mengunjungi daerah mereka. Prospek penjualan kuliner, cinderamata, dan
transportasi juga akan menjadi sangat menjanjikan. Daerah-daerah yang tertinggal
pun dapat menjadi daerah pertumbuhan ekonomi yang baru dan taraf hidup
masyarakat akan meningkat.
Selanjutnya,
pengembangan infrastruktur ini juga perlu adanya sokongan dari beberapa pihak.
Pemerintah daerah jelas memiliki andil terbesar dalam hal alokasi anggaran
pembangunan. Pemerintah daerah juga dapat menggaet investor terkait suntikan
dana jika diperlukan. Selain itu, peran mahasiswa universitas lokal NTT seperti
Universitas Flores, Universitas Nusa Lontar, dan Universitas Nusa Nipa juga penting
untuk pengembangan sistem jaringan lebih lanjut. Bukan tidak mungkin jika
pemerintah dapat memunculkan start up baru seperti E-fishery, Bukalapak, Gojek,
dan bisnis berbasis internet lainnya jika kurikulum pendidikan tinggi dapat
mengakomodasi program-program kemahasiswaan yang produktif.
Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan adanya pengembangan infrastruktur jaringan internet
di kawasan Nusa Tenggara Timur. Infrastruktur dalam artian ini mencangkup baik
sarana fisik maupun sistem perangkat lunak yang mendukung. Bukanlah hal yang
mustahil jika dengan pengembangan infrastruktur internet ini, maka potensi alam
yang selama ini terkubur di bumi Nusa Tenggara Timur dapat dimanfaatkan
sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat.
Daftar Pustaka
Antara 2015, ‘Potensi Perikanan NTT Baru Dikelola 38%’, Berita
Satu, 16 juli.
Asdhiana, I Made 2015, ‘Potensi
Wisata Bahari NTT Sangat Menjanjikan’,
Kompas 14
Agustus, diakses dari http://travel.kompas.com/read
/2015/08/14/175507527/Potensi.Wisata.Bahari.NTT.Sangat.Menjanjikan
Asosiasi Jasa Pengguna Internet Indonesia 2014. Profil
pengguna Internet
Indonesia
2014. Jakarta : Pusakom
Badan Pusat Statistik 2015.Statistik Kesejahteraan
Rakyat Provinsi Nusa
Tenggara
Timur 2015 diunduh dari ntt.bps.go.id
Bappenas 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara
Dama, Alfred 2012, ‘Dr. Ir. Semuel Littik: Mencari Solusi Pembangunan
Perikanan
NTT’ Pos Kupang 12 Februari, diakses dari
Internet World Stats 2016. World Internet
Users and 2016 Population Stats.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi 2015.
Analisa
Ketertinggalan dan Kajian Strategi Pengembangan Daerah
Tertinggal
di Provinsi Nusa Tenggara Timur 2015-2019 diunduh dari
Plengdut 2014, ‘Potensi dan Persebaran Sumber Daya Laut’
Plengdut 25
Stepanus, Meruli Tua 2016, ‘Peta Penduduk Indonesia
akses Internet 2012’
Ulimargis blog, diakses dari http://ulimargis.blogspot.co.id/2016/05/peta-akses-internet-indonesia.html
Comments
Post a Comment