Makna Sesuap Makanan
Makna Sesuap Makanan
"Ya rasulullah," pinta Sa'ad bin Abi Waqqah kepada Sang Khatamul Anbiya, "doakan kepada Allah agar doa-doaku mustajabah"
Sungguh
pinta yang cerdas bagi salah satu assabiqunal awwalun ini. Bukan
meminta materi, bukan meminta kemudahan, tapi jauh dari itu. Meminta
agar setiap doanya dikabulkan.
Lalu, apa jawab Nabi?
"Wahai Sa'ad, bantu aku memperbaiki makananmu"
Ya.
Makanan. Nabi tidak meminta untuk melantunkan suatu doa tertentu, bukan
pula menyuruh untuk melakukan amalan ibada tertentu. Tapi "hanya"
menjaga makanan.
Sebarapa pentingkah makanan ini?
Suatu
hari, Sang Al Amin pernah berkisah, ada seorang musafir kehabisan bekal
dalam perjalanannya. Wajahnya penuh debu, tenaganya terkuras, dan
pakaiannya telah lusuh. Dalam ringkihannya dia berdoa, dalam kehabisan
bekalnya dia meminta, dalam keluhnya dia memohon
"Ya Rabb... Ya Rabb... Ya Rabb"
Sesungguhnya,
dia telah memenuhi syarat agar doanya dikabulkan. Dia musafir, dia
bertauhid, dan dia mengadahkan tangannya. Bukankah ada sebuah hadis
disebutkan bahwa salah satu golongan yang dikabulkan doanya adalah
musafir? Dan dalam hadist lain juga disebutkan bahwa Allah malu ketika
tidak mengabulkan doa hamba-Nya yang mana dia mengadahkan tangannya ke
langit?
Namun, apa kata Nabi dalam penghujung kisah ini?
"Bagaimana mungkin Allah mengabulkan doanya, sedangkan dia makan dari makanan yang haram dan berpakaian dari pakaian yang haram"
Ya.
Kehalalan makanan memanglah seurgensi itu. Doa itu baik, namun jika ada
setetes darah kita yang terbentuk oleh makanan yang haram mengalir
dalam nadi kita, bagaimana mungkin Allah melihat kita?
Comments
Post a Comment